--8.048 hektar Lahan Terancam Puso
Kendari, UB
Kabar gembira bagi petani yang terpaksa harus merugi lantaran lahan garapannya gagal panen diakibatkan fenomena El Nino. Kementerian Pertanian (Kementan) telah menyiapkan bantuan anggaran sebesar Rp 1,9 triliun untuk membantu petani yang mengalami puso. Setelah Komisi IV DPR RI menyetujui usulan penambahan anggaran Kementan tahun 2015 untuk subsidi asuransi pertanian. Atas dasar itu, Kementan menerbitkan Permen nomor 40 tahun 2015.
Sayangnya, implementasi dan penerapan kebijakan ini di Sultra masih simpang siur. Meskipun Kementan telah menerbitkan Permen, namun hingga kini Juknis pelaksanaannya belum diterima pemerintah daerah. Padahal jumlah lahan yang mengalami kekeringan akibat fenomena El Nino di Sultra cukup besar. Hingga bulan Oktober, luas lahan yang terancam gagal panen seluas 8.048 hektar. Bahkan 1.726 hektar diantaranya telah mengalami puso.
Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan (Distannak) Sultra, Muhammad Nasir mengaku telah mendengar informasi tersebut. Hanya saja, surat resmi dari Kementan terkait implementasi kebijakan ini belum sampai ke daerah. Makanya, pemerintah belum melakukan kebijakan apapun mengenai rencana bantuan melalui asuransi pertanian. Bila kebijakan ini benar-benar akan diaplikasikan, ia berharap agar juknisnya segera diberikan ke daerah. Dengan begitu, pemerintah bisa memulai tahapan.
"Saya kira, rencana kementerian ini perlu diapresiasi. Sebab bisa meringankan kerugian petani akibat dampak kekeringan. Namun alangkah baiknya dibarengi juknis. Apalagi tahun anggaran ini tinggal 2,5 bulan lagi," kata mantan Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa (BPMPD) Sultra, kemarin.
Hingga tenggal 1 Oktober kata mantan Kadis Pertanian Konawe ini, tanaman yang standing corp atau masih ada di lahan pertanian seluas 34.567 hektar. Dari jumlah itu, tercatat 8.048 hektar yang terancam mengalami kekeringan. Namun cakupan luas lahan yang terancam kering diperkirakan mengalami kekeringan akan terus bertambah. Sebab musim kemarau tahun ini berdasarkan prediksi Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) akan lebih panjang atau berlangsung hingga Desember mendatang.
"Saat ini, luas lahan pertanian yang dipastikan gagal panen atau puso mencapai 1.726 hektar. Luas ini mengalami peningkatan signifikan dibanding bulan medio September. Yang mana, luas lahan persawahan petani dipastikan gagal panen baru mencapai 787 hektar. Lahan yang mengalami puso tersebar di Konawe Selatan, Konawe dan Kolaka," jelas pria ramah ini.
Guna mengantisipasi dampak kekeringan katanya, pemerintah terus mendistribusikan mesin pompa air dan melakukan pembuatan sumur bor. Daerah yang lahan pertanian yang dianggap rawan kekeringan, menjadi prioritas pemerintah. Makanya, pihaknya terus melakukan koordinasi intens dengan pemerintah kabupaten/kota.
"Saat ini, sumur bor yang paling dianggap mampu mengatasi kebutuhan air. Sebab mesin pompa air hanya bisa berfungsi pada lahan yang memiliki sumber air. Sementara sumur bor, bisa dibuat dilahan yang debit airnya cukup terbatas. Makanya, provinsi berharap ada koordinasi terkait daerah yang membutuhkan sumur bor," pungkasnya.
Seperti diketahui, Kementan telah menyiapkan dua bantuan bagi petani dalam bentuk asuransi tanaman dan asuransi ternak. Pola bantuannya dibedakan menjadi swadaya dan bantuan pemerintah. Persyaratan petani untuk mendaftar peserta asuransi tidak harus memiliki lahan. Petani yang menggarap lahan minimal 2 hektar bisa mendaftar.
Asuransi pola bantuan premi yang bersumber dari APBN dilaksanakan oleh perusahaan asuransi BUMN yaitu Jasindo. Ganti rugi yang dapat diklaim diantaranya bencana serangan organisme pengganggu tanaman (OPT), penyakit hewan menular, perubahan iklim, banjir, kekeringan, hingga bencana alam yakini tanamannya rusak atau puso. (amal)
No comments:
Post a Comment