Friday, 16 October 2015

Benahi 37,9 ribu Ha, Pemerintah Gelontorkan Rp 300 Miliar
--Peningkatan Produktivitas Komoditas Kakao


Kendari, UB
    Produksi Kakao Sultra termasuk 3 provinsi penyuplai terbesar produksi kakao nasional. Dengan luas arel sebesar 254 ribu hektar, produksi Kakao Sultra mencapai 161 ribu ton pertahun. Meskipun terbilang besar, produksi kakao dianggap belum maksimal. Pasalnya, tingkat produksi kakao hanya mencapai 600 s.d 700 kg perhektar. Padahal idealnya bisa mencapai 1,5 s.d 2 ton perhektar. Untuk meningkatkan produksi kakao, Kementerian Pertanian (Kementan) telah menetapkan Sultra sebagai kawasan pengembangan kakao nasional.
    Tahun ini, pemerintah pusat telah mengalokasiakan anggaran untuk perbaikan tanaman kakao di Sultra seluas 37,9 ribu hektar. Tidak hanya pada kegiatan intensifikasi, namun juga rehabilitasi dan peremajaan tanaman kakao. Di Sultra, lima kabupaten ditetapkan menjadi sentra pengembangan kakao diantaranya, Kolaka Utara (Kolut), Kolaka, Kolaka Timur (koltim), Konawe dan Konawe Selatan (Konsel). Kendati demikian, kabupaten lain tetap menjadi daerah pendukung. Tak heran, daerah lain juga kebagian alokasi anggaran dalam upaya peningkatan intensifikasi tanaman kakao. Hanya saja, luas areal yang akan dikembangkan relatif kecil.

    "Saya kira, pemerintah daerah bisa memanfaatkan kebijakan ini. Apalagi pengembangan produksi kakao erat hubungannya dengan perkebunan rakyat. Sebab pengelolaan memang benar-benar ditangani dan dimiliki langsung oleh petani. Berbeda dengan komoditi lain, yang pengembangannya didominasi korporasi atau perusahaan. Untuk itulah, koordinasi terutama dengan daerah yang ditetapkan menjadi kawasan pengembangan kakao lebih diintensifkan untuk mensinergikan pelaksanaan program," kata Nur Alam, Gubernur Sultra saat membuka Rakor Penguatan Kelembagaan Petani Kawasan Pengembangan Kakao Sultra, Selasa (13/10) lalu.
    Bila melihat luas lahan tanaman kakao, peraih penghargaan Bintang Maha Putera ini meyakini produksi masih bisa ditingkatkan lagi. Apalagi selama ini pengelolaan lahan masih dilakukan secara manual oleh petani. Dengan intensifikasi lahan, produksitivitas dan kualitas bisa ditingkatkan. Rehabilitasi tanaman bisa meningkatakn produksi tanaman yang dianggap menurun. Begitupun dengan peremajaan. Saat ini, pemerintah tengah menyelesaikan road map atau master plan pengembangan kawasan kakao. Nantinya, poin ini menjadi acuan setiap kabupaten untuk menyusun rencana aksi.
    "Kita bersyukur, di Kendari beroperasi pabrik pengolahan biji kakao. Dengan demikian, upaya peningkatan mutu kakao menjadi kakao fermentasi menjadi harapan baru petani guna meningkatkan nilai julanya. Saya berharap daerah maupun semua pemangku kepentingan dapat mendukung upaya ini. Apalagi dana yang dialokasikan untuk kegiatan ini cukup besar yakini sekitar Rp 300 miliar," terang mantan Wakil Ketua DPRD Sultra ini.
    Kepala Dinas Perkebunan dan Holtikultura Sultra, Ir Bambang mengatakan untuk memperkuat para petani perkebunan rakyat, pemerintah akan mendorong peningkatan dan intensifikasi tanaman kakao. Melalui sinergitas kawasan, pemerintah akan membentuk kolektifitas dan komunikasi agar memenuhi skala ekonomi serta standarisasi mutu biji kakao. Makanya, melalui proses pendampingan pemerintah berharap upaya ini bisa dioptimalkan.
    "Salah satunya melalui Lembaga Ekonomi Masyarakat (LEM) Sejahtera. Upaya pemberdayaan ekonomi dalam konteks pembinaan meliputi peningkatan SDM, pendapatan petani, penyerapan tenaga kerja, peningatan. Apalagi penyebab belum optimalnya produksi kakao adalah SDM petani dalam mengelola tanamannya. Untuk itulah, diperlukan peran serta semua pihak baik berupa alokasi anggaran maupun pendapingan yang dilakukan secara berkelanjutan," jelasnya.
    Hingga kini kata Bambang, progres pelaksanaan kegiatan ini mulai terlihat. Hanya saja, hasilnya belum seperti yang ditargetkan. Menurutnya, peningkatan produksi kakao tidak bisa dilakukan seketika itu namun harus dilakukan secara bertahap. Kendati demikian, pria ramah ini mengaku optimis apa yang ditargetkan pemerintah agar produktifitas kakao bisa tercapai. Sebab target produktivitas kakao 1,5 s.d 2 ton perhektar tidaklah mustahil, bila tahapan ini bisa dilaksanakan dengan baik. (amal)

No comments:

Post a Comment