Kendari, UB
Merosotnya pertumbuhan ekonomi Sultra dari 10,4 persen menjadi 7,28 persen menjadi catatan buruk dari pencapaian prsetasi dibawah kendali Gubernur Sultra, Nur Alam. Pemprov beralibi, anjloknya pertumbuhan ekonomi Sultra disebabkan merosotnya sektor-sektor unggulan terutama sektor pertambangan akibat implementasi UU minerba No.4 tahun 2009 tentang ekspor bahan mentah. Selain faktor internal, menurunnya pertumbuhan ekonomi Sultra dipengaruhi melambatnya pertumbuhan ekonomi nasional yang hanya 5 persen. Namun dibalik penurunan ekonomi Sultra masih terbesit harapan adanya peningkatan nilai investasi.
"Pasca diberlakukannya pelarangan ekspor bahan mentah, kontribusi sektor pertambangan dalam peningkatan ekonomi Sultra kian merosot. Penyebabnya, aktivitas produksi perusahaan tambangan banyak yang berhenti beroperasi sehingga berimbas dari sisi pengeluaran (komsumtif). Akibatnya, trend pertumbuhan ekonomi Sultra ikut menurun. Bukan hanya itu, penurunan ekonomi juga berimbas pada angka pengangguran bahkan kemiskinan,"papar Kepala Biro (Karo) Ekonomi Setprov Sultra, Muhammad Faisal.
Meskipun turun kata Faisal, pertumbuhan ekonomi Sultra dalam kategori normal. Sebab sebelum dimulainya aktivitas pertambangan, pertumbuhan ekonomi memang sekitaran angka 6 s.d 8 persen. Apalagi secara makro, pertumbuhan ekonomi Sultra masih diatas rata-rata nasional yang hanya lima persen. Untuk meningkatkan ekonomi Sultra, pemprov kembali fokus pada sektor-sektor yang sebelumnya menjadi unggulan. Namun disisi lain, akan mempercepat pengembangan kawasan industri pertambangan.
"Bila sebelumnya, sektor tambang berbasis produksi bahan baku, maka kedepan mengacu pada industri pertambangan melalui pembangunan pabrik pengolahan. Sehingga dalam kurun waktu 2 s.d 3 tahun, kontribusi sektor tambang pada peningkatan ekonomi Sultra kembali lagi,"ujarnya optimis.
Sebelum industri pertambangan siap tambah dosen non-aktif Universitas Halu Oleo (UHO), pemerintah akan mendorong sektor lainnya terutama pada sektor pertanian, perkebunan, perikanan, pariwisata dan ekomoni kreatif. Melalui sub sektor pertamina, pemerintah akan memaksimalkan program revitalisasi kakao. Dengan penambahan luas lahan dipastikan akan memacu peningkatan produksi. Begitupun peningkatan produksi beras. Hasilnya, pada tahun 2014 Sultra telah swasembada beras.
Di sektor perkebunan, produksi kelapa sawit. Pemerintah siap mengalokasikan anggaran terutama bagi daerah penghasil. Belum lagi di sektor perikanan, dimana Sultra kini menjadi pengasil ikan terbesar secara nasional dalam dua tahun terakhir. Ditopang oleh sektor peternakan, pariwisata dan ekonomi kreatis, pertumbuhan ekonomi Sultra akan meningkat.
Jika melihat pertumbuhan ekonomi Sultra hingga bulan April, ada trend peningkatan dibanding periode yang sama tahun lalu. Namun kemungkinan, tidak sebesar peningkatan tahun2012. Sebab kemungkinan pertumbuhan ekonomi Sultra diatas 10 persen akan dicapai setelah indutrialisasi tambang sudah berjalan. Diprediksi pertumbuhan ekonomi Sultra di kisaran 8 persen. Sayangnya, ia tidak menjelaskan capaian pertumbuhan ekonomi Sultra hingga April 2014.
Seperti diketahui, pertumbuhan ekonomi Sultra tahun 2013 mengalami penurunan yang signifikan menjadi 7,28 persen. Padahal tahun 2012, pertumbuhan ekonomi Sultra mencapai 10,4 persen atau jauh berada diatas pencapaian nasional. Alhasil, kondisi ini berpengaruh pada tingkat pengangguran terbuka dan tingkat kemiskinan. Faktanya, angka pengangguran naik dari 4,11 persen menjadi 4,46 persen sedangkan angka kemiskinan mencapai 13,37 persen.(amal)
Merosotnya pertumbuhan ekonomi Sultra dari 10,4 persen menjadi 7,28 persen menjadi catatan buruk dari pencapaian prsetasi dibawah kendali Gubernur Sultra, Nur Alam. Pemprov beralibi, anjloknya pertumbuhan ekonomi Sultra disebabkan merosotnya sektor-sektor unggulan terutama sektor pertambangan akibat implementasi UU minerba No.4 tahun 2009 tentang ekspor bahan mentah. Selain faktor internal, menurunnya pertumbuhan ekonomi Sultra dipengaruhi melambatnya pertumbuhan ekonomi nasional yang hanya 5 persen. Namun dibalik penurunan ekonomi Sultra masih terbesit harapan adanya peningkatan nilai investasi.
"Pasca diberlakukannya pelarangan ekspor bahan mentah, kontribusi sektor pertambangan dalam peningkatan ekonomi Sultra kian merosot. Penyebabnya, aktivitas produksi perusahaan tambangan banyak yang berhenti beroperasi sehingga berimbas dari sisi pengeluaran (komsumtif). Akibatnya, trend pertumbuhan ekonomi Sultra ikut menurun. Bukan hanya itu, penurunan ekonomi juga berimbas pada angka pengangguran bahkan kemiskinan,"papar Kepala Biro (Karo) Ekonomi Setprov Sultra, Muhammad Faisal.
Meskipun turun kata Faisal, pertumbuhan ekonomi Sultra dalam kategori normal. Sebab sebelum dimulainya aktivitas pertambangan, pertumbuhan ekonomi memang sekitaran angka 6 s.d 8 persen. Apalagi secara makro, pertumbuhan ekonomi Sultra masih diatas rata-rata nasional yang hanya lima persen. Untuk meningkatkan ekonomi Sultra, pemprov kembali fokus pada sektor-sektor yang sebelumnya menjadi unggulan. Namun disisi lain, akan mempercepat pengembangan kawasan industri pertambangan.
"Bila sebelumnya, sektor tambang berbasis produksi bahan baku, maka kedepan mengacu pada industri pertambangan melalui pembangunan pabrik pengolahan. Sehingga dalam kurun waktu 2 s.d 3 tahun, kontribusi sektor tambang pada peningkatan ekonomi Sultra kembali lagi,"ujarnya optimis.
Sebelum industri pertambangan siap tambah dosen non-aktif Universitas Halu Oleo (UHO), pemerintah akan mendorong sektor lainnya terutama pada sektor pertanian, perkebunan, perikanan, pariwisata dan ekomoni kreatif. Melalui sub sektor pertamina, pemerintah akan memaksimalkan program revitalisasi kakao. Dengan penambahan luas lahan dipastikan akan memacu peningkatan produksi. Begitupun peningkatan produksi beras. Hasilnya, pada tahun 2014 Sultra telah swasembada beras.
Di sektor perkebunan, produksi kelapa sawit. Pemerintah siap mengalokasikan anggaran terutama bagi daerah penghasil. Belum lagi di sektor perikanan, dimana Sultra kini menjadi pengasil ikan terbesar secara nasional dalam dua tahun terakhir. Ditopang oleh sektor peternakan, pariwisata dan ekonomi kreatis, pertumbuhan ekonomi Sultra akan meningkat.
Jika melihat pertumbuhan ekonomi Sultra hingga bulan April, ada trend peningkatan dibanding periode yang sama tahun lalu. Namun kemungkinan, tidak sebesar peningkatan tahun2012. Sebab kemungkinan pertumbuhan ekonomi Sultra diatas 10 persen akan dicapai setelah indutrialisasi tambang sudah berjalan. Diprediksi pertumbuhan ekonomi Sultra di kisaran 8 persen. Sayangnya, ia tidak menjelaskan capaian pertumbuhan ekonomi Sultra hingga April 2014.
Seperti diketahui, pertumbuhan ekonomi Sultra tahun 2013 mengalami penurunan yang signifikan menjadi 7,28 persen. Padahal tahun 2012, pertumbuhan ekonomi Sultra mencapai 10,4 persen atau jauh berada diatas pencapaian nasional. Alhasil, kondisi ini berpengaruh pada tingkat pengangguran terbuka dan tingkat kemiskinan. Faktanya, angka pengangguran naik dari 4,11 persen menjadi 4,46 persen sedangkan angka kemiskinan mencapai 13,37 persen.(amal)
No comments:
Post a Comment